Senin, 16 Januari 2012

Suratku untukmu.... Akhi....





Sebuah surat untuk seorang yang pernah singgah dihatiku. Yang mudahan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua..


Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui taubat.

Akhti, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang Tak pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.

Maaf Akhti, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia. Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil di hadapan-Nya. Walaupun kau begitu tampan, Ia lebih indah dan bercahaya dari dirimu. Ia berbuat apa saja sekehendak-Nya kepadamu. Dan Akhti, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuat-Nya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuat-Nya murka. Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras Siksa-Nya.

Akhti, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan oleh-Nya. Ia bisa marah Akhti. Marah karena aku telah berbuat hal-hal yang tak semestinya padamu, marah karena aku pernah mendahului takdir-Nya dengan mengajakmu untuk menungguku menjadi isterimu kelak padahal itu belum pasti adanya. Ia bisa Marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni. Akhti, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi Maaf, Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.

Akhti, jangan marah ya. Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku pada-Nya, tidak pada selain-Nya. Tapi tak cuma aku, Akhti. Kau pun bisa menjadi kekasih-Nya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan.

Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-larangan-Nya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenci-Nya, kau pasti akan dipertemukan dengan seorang wanita shalihah. Ya, wanita shalihah yang pasti lebih baik dari diriku saat ini.

Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, Akhti.

Akhti, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, Akhti.
Itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf, Akhti. Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini akan merusak hati. Tak akan ada lagi sms dariku yang rutin masuk ke hape'mu untuk menanyakan sudah shalat atau belum. Aku tak ingin engkau memiliki sedikit rasa ria (sombong) sedikitpun di hatimu ketika akan beribadah, karena itu sangat dibenci oleh Allah dan tak akan diterima amalnya. Ketikan tuts keyboard terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan terlarang kita, Insya Allah..


Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoiron katsiron..

keep istiqomah wa hamasah..



(Sumber: Buku "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" dengan editan yang disempurnakan.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar